AhmadSahal lahir di Gontor Ponorogo 22 juni 1901, meninggal 9 april 1977, beliau putra ke 5 dari Kyai Anom Besari. Pada tahun 1926 menjadi utusan ummat Islam daerah Madiun ke Kongres Ummat Islam Indonesia di Surabaya. Pada tahun yang sama membuka kembali Pondok Modern Darussalam Gontor dengan program pendidikan yang dinamakan "Tarbiyatu-l-Athfal".
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tulisan ini merupakan dedikasi dan penghormatan untuk alm Imam Zarkasyi, ulama besar dan salah seorang Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor PMDG Ponorogo Jawa Timur. Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkahinya dengan Imam Zarkasyi, lahir di Desa Gontor Ponorogo Jawa Timur, pada 21 Maret 1910 dan wafat pada 30 April 1985 usia 75 tahun. Ayah dan ibunya berdarah ningrat Jawa Ulama. Leluhurnya adalah Kyai Ageng Mohammad Besari pendiri Pondok Tegalsari yang sangat masyhur di abad ke-18-19. Dalam dirinya pun mengalir darah Sultan Kasepuhan Cirebon dari nasab sang ayah. Namun kerendahan hati dan rasa tawadhu’, begitu tampak dalam pribadi dan kesehariannya. Ulama besar ini enggan memberi embel-embel “Raden”, “Ustad” atau “Kyai” pada namanya. Sebutannya sederhana saja, “Pak Zar”. Pakaian kebesarannya cukup sarung, jas dan peci hitam, tanpa jubah dan sorban yang melilit-lilit kepala. Bahkan seringkali berkaos oblong, berbekal paku dan palu, Pak Zar berkeliling memperbaiki sendiri barang-barang Pondok yang rusak, tanpa bantuan tukang. Bagi Pak Zar, sederhana bukan berarti miskin. Sebait kata-kata ini akan selalu dikenang para santri dan alumninya “Jika santri-santriku melihat bahwa apa yang kami makan, kami pakai, dan kami tempati lebih enak daripada yang santri-santriku rasakan, silakan protes!”. Adakah kita saksikan pada para pemimpin kita hari ini?... Pesantren Gontor adalah tempat untuk menyemai, memupuk serta menanam rasa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah, dan kebebasan. Menurut Pak Zar, sebuah institusi pendidikan yang baik dan konsisten, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik dan konsisten pula dan itu harus dimulai dari niat yang lurus. Inilah doa beliau saat pertama kali mendirikan Pondok Modern Gontor “Ya Allah, kalau sekiranya perguruan yang saya pimpin ini tak akan memberikan faedah-faedah kepada masyarakat, lenyapkanlah ia segera dari pandangan saya”.Niat dan doa kyai yang ikhlas ini, ternyata langsung dijawab kebaikan oleh Allah. Pondok Modern Darussalam Gontor, bukannya lenyap dari muka bumi, tapi justru hidup hingga kini. Gontor bukan hanya hidup sendiri, ia bahkan mampu melahirkan "anak-anaknya" di seantero nusantara bahkan sampai ke mancanegara. Ratusan pesantren cabang dan alumni Gontor dapat kita saksikan sekarang, tentu dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pak Zar, apalah artinya sebuah iklan, brosur, dan spanduk promosi yang bombastis, bahwa sekolahnya atau pesantrennya unggul dalam A, B, C, tapi pada kenyataannya jauh dari yang diiklankan. Baginya mudah saja, siapa yang percaya dan taat kepada Pondok, silakan datang dan belajar di Gontor. Tapi siapa yang tidak percaya dan tidak taat, silakan pergi. Gontor membuktikan konsistensinya itu saat “mengusir” orang santri pada “peristiwa hitam” 19 Maret 1967 Persemar dan hanya 400an santri yang dipanggil kembali untuk belajar. Apa kata pak Zar? “Sekalipun tinggal seorang murid, Gontor akan saya teruskan. Kalaupun tidak ada yang mau belajar, saya akan mengajar manusia dengan pena”. Setiap kali akan menandatangani surat pengusiran seorang santri, air mata Pak Zar menetes, teringat anak itu dan orang tuanya, dengan lirih beliau berkata “Anak itu harus saya usir, mudah-mudahan dia menjadi lebih baik, setelah keluar dari Gontor”.Sejak program KMI Gontor dibentuk di tahun 1936, Pak Zar dengan penuh kasih sayang mendidik langsung para santri, siang dan malam. Baginya, pendidikan lebih utama dari pengajaran. Sejak didirikan sampai sekarang, Gontor merumuskan kurikulumnya sendiri, mandiri, dan yang pasti tidak gonta-ganti. Tak ada campur tangan dari para menteri yang silih datang berganti dengan kurikulumnya sendiri-sendiri. Tak pernah ada kata intervensi, sekalipun sang menteri adalah alumni Gontor tak pernah mengenal UN Ujian Nasional! Ujian untuk para santrinya selalu dilaksanakan dalam bentuk ujian lisan dan essai, tak pernah ada soal pilihan ganda di kamus Gontor. Kata pak Zar, “Ujian itu untuk belajar, bukan belajar untuk ujian”. Sekali-kali, berkunjunglah ke Gontor saat ujian semester berlangsung. Lihatlah aura belajar dan suasana ujian yang sangat menakjubkan!.Puluhan tahun ijazah Gontor tak diakui di dalam negeri, lulusannya ditolak sana-sini saat akan mendaftar Perguruan Tinggi Negeri. Namun anehnya, sejak dulu berbagai pemerintah luar negeri memberi apresiasi pada alumni Gontor. Mesir 1957 Arab Saudi 1967 dan Pakistan 1991 mengakui ijazah alumni Gontor sejak lama. Bagaimana dengan pemerintah Indonesia? Negeri ini baru mengakui ijazah Gontor di tahun 2000, setelah 75 tahun!. “Kamu jangan minder, takut, atau kecil hati. Sampaikan dengan jujur dan ikhlas, orang pun akan menerima dengan baik”. Begitu nasehat Pak Santri Gontor, Kini Profesor Doktor 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya

Katakata Mutiara Gontor. The Gontori Words of Wisdom application is a collection of words of Trimurti gontor which contain words of wisdom that can provide enlightenment motivation and enthusiasm to live a better life in the future. Pejabat dahulu Yusuf ASdari penjara menuju istana pejabat sekarang koruptor dari istana menuju penjara.

JAKARTA — Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH Hasan Abdullah Sahal memberikan tiga nasihat kepada ratusan alumnus pesantren yang dikelolanya. Nasihat itu dia sampaikan dalam acara pelantikan pengurus Jilus Tis’inat atau kumpulan alumnus Gontor angkatan 90-an pada Ahad 7/3. Forum ini terdiri dari 11 angkatan mulai dari angkatan 1990 sampai dengan angkatan 1999 akhir. Dengan demikian, secara resmi Forum Jiilut Tis’iinaat dikukuhkan sebagai organisasi di bawah Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern PP IKPM. Kiai Hasan mengibaratkan dirinya seperti seorang kakek yang sedang bercerita dengan cucunya. Kakek itu senang bercerita, tapi akan lebih senang lagi kalau yang diajak cerita itu mau mendengarkan, mengerti, mau mengerti, cocok dan bisa mengimbangi. “Alumni Gontor generasi tahun 1990-an adalah orang yang bias mengimbangi cerita kakek ini,” kata putra pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor KH Ahmad Sahal ini. Pertama, Gontor adalah “tarbiyah lil-hayah”, pendidikan untuk kehidupan. Inilah saatnya, kata Pak Kiai Hasan, anak-anak Gontor terus mengamalkan ajaran-ajaran Pondok di masyarakat. “Gontor telah memberikan anyaman, dan juga telah menganyam diri kalian. Gabungan dari anyaman Gontor dan anyaman diri kalian itulah yang mewujud dalam diri kalian sekarang ini, “ujarnya. “Anyamlah diri kalian untuk menjadi orang-orang yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri kalian, tetapi untuk masyarakat,” tambahnya. Kedua, Gontor tidak hanya mengajarkan “ta’limul muta’allim”, bagaimana seorang santri menghargai ilmu dan gurunya, tetapi juga “ta’limul mu’allim”, bagaimana alumni Gontor mampu mentransfer nilai-nilai Gontor kepada masyarakat. Yakni untuk menjadi “mundzirul qaum”, penyeru, pengingat kebaikan dari masyarakat. “Ukurlah dirimu, sesuai kemampuanmu, sesuai kapasitasmu. Halakamru’un man lam yandzur wajhahu fil mir’ah, halakamru’un man lam ya’rif qadrahu’. Celakalah orang-orang yang tidak tahu kapasitas dirinya sendiri,” jelas Kiai Hasan. Ketiga, alumni Gontor harus menjadi dirinya sendiri, dan percaya dengan kemampuanmu. “Jangan jadi orang yang rendah diri, dan jangan pula jadi orang yang GR Gede Rumongso. Kalau kamu jadi orang yang GR Gede Rumongso, maka kamu akan menjadi RG Rai Gedek,” jelasnya. Akbar Zainudin, Alumni Gontor angkatan 1991, yang dilantik sebagai Presiden Forum Jiilut Tis’iinat dalam sambutannya mengatakan bahwa forum ini adalah untuk memaksimalkan potensi dan sumber daya anggota secara maksimal. “Forum ini juga didirikan sebagai sarana silaturahim, networking, sharing, dan menyebarkan informasi dari Pondok Modern Gontor dan IKPM yang cabangnya tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya. Sebagai organisasi baru, menurut Akbar, program kerja yang ada di depan mata adalah menyusun AD/ART organisasi, membuat basis data anggota, dan berbagai program pemberdayaan untuk anggota. Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Umum PP IKPM, KH Drs Ismail Budi Prasetiyo mengarahkan, Forum Jiilut Tis’iinaat ini lahir dari IKPM, semua anggotanya juga anggota IKPM, karena itulah AD/ART organisasi tidak boleh menyimpang dari AD/ART IKPM. Karena itulah, pengurus Forum Jiilut Tis’iinaat harus membaca AD/ART IKPM sebelum membentuk AD/ART organisasi. Ustadz Ismail juga berpesan agar terjalin koordinasi dengan IKPM setempat, baik di dalam maupun luar negeri pada saat mengadakan acara. “Forum Jiilut Tis’iinaat harus mampu menguatkan organisasi induknya, yaitu IKPM,” jelasnya.

27Desember 2020 18:07 WIB Sang Kyai yang juga ada dalam lingkaran juga duduk bersila, orang tak akan menyangka mana Kyai mana murid Sebab semua sama, hanya ketika Sang Kyai mengangkat tangannya dan wirid semuanya berhenti Bergabunglah dengan Facebook untuk terhubung dengan Akay Sakti dan orang lain yang mungkin Anda kenal Bergabunglah dengan

AKBAR ZAINUDIN, Presiden Forum Jiilut Tis’iinat FJT, Alumni Gontor 1990-an Yahanu, satu kata berjuta makna, terutama bagi santri dan alumni Pondok Modern Gontor. Begitu terkenal dan melekatnya kata-kata ini, sampai-sampai banyak alumni Gontor kalau ditanya tips sukses mereka, salah satunya adalah faktor “yahanu”. Karena itulah, Forum Jiilut Tis’iinaat FJT, sebuah forum yang beranggotakan alumni Gontor tahun 1990-an ada 11 angkatan, dari 1990 sampai dengan 1999 akhir, mengadakan webinar pada Jumat 13/03/2021 dengan tema “The Power of Yahanu”. Kata Yahanu memang seakan-akan berasal dari Bahasa Arab. Namun kalau dicari di negeri Arab manapun, kelihatannya tidak akan ditemukan kata ini. Hanya ada di Gontor. Kata ini, menurut Dr Nur Hizbullah, salah satu pakar Bahasa Arab, memang Bahasa “slank”, bahasa gaul anak-anak remaja yang sedang nyantri, semacam “kreativitas” dari para santri, selain menggunakan bahasa resmi yang fasih sesuai kaidah. Menurut ustaz Maritho Lidinillah, salah seorang senior alumni Gontor, kata Yahanu itu tidak berdiri sendiri. Banyak santri tahun 1970-an sudah mengenal kata-kata ini, dan juga kata-kata lain yang merupakan “plesetan” atau bukan bahasa resmi di pondok. Karena itulah, KH Imam Zarkasyi, pimpinan pondok saat itu sering “menegur” para santri yang menggunakan “bahasa plesetan” ini agar menggunakan bahasa Arab yang lebih sesuai kaidah. Menurut Dr Adib Fuadi Nuriz MA MPhil yang baru diberikan amanah sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor PP IKPM, kata Yahanu adalah bahasa bersama, kearifan lokal alumni Gontor yang ternyata memang menjadi “kekuatan” tersendiri bagi alumninya. Alumni Gontor diharapkan bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan peradaban dengan nilai-nilai Gontor yang bisa mewarnai berbagai lini. Sangat menarik, ternyata Yahanu ini bukan hanya sekadar kata, tetapi sudah menjadi konsep filsafat hidup bagi banyak alumni Gontor. Melalui penelitian doktoralnya, Dr c. Saiful Amin MPd menemukan bahwa konsep “yahanu” mempunyai setidaknya empat dimensi, yaitu 1 kepercayaan diri yang dipicu oleh self esteem, 2 keberanian mencoba hal yang baru, 3 kesungguhan, kegigihan dan kerja keras, serta 4 keyakinan dan kemantapan diri untuk bertindak meraih tujuan. Dengan “yahanu”, alumni Gontor mempunyai kepercayaan diri yang penuh. Percaya diri yang tinggi membuat para alumni mampu berkiprah dalam berbagai bidang. Ditambah keberanian melangkah, faktor yahanu menjadi salah satu pendorong penting bagi kesuksesan seseorang. Tentu tidak berhenti di situ, ada kesungguhan, kerja keras serta kemantapan diri untuk istiqamah bertindak meraih tujuan. Dengan demikian, kata Yahanu menjadi konsep filsafat hidup yang membawa seseorang pada tingkatan kesuksesan lebih tinggi. Bagaimana konsep Yahanu ini dipraktikkan? Menurut Dr hc An Ubaedy, implementasi yahanu secara praktis bisa terbagi dua; yahanu yang “mardud” dan yahanu yang “mumtaaz”. Yahanu yang mardud adalah yahanu dalam konotasi negatif dan yahanu yang mumtaaz adalah yahanu dalam konteks positif. Yahanu yang “mardud”, tertolak adalah yahanu pada sebatas perasaan, feeling, insting, bahwa dia bisa. Kalau ditanya bisa atau tidak, dijawab dengan penuh keyakinan diri bahwa dia bisa. Padahal, hal itu hanya perasaaannya saja. Akhirnya hanya akan menjadi GR gede rumongso yang akhirnya malah menghancurkan. Sebaliknya, yahanu yang positif adalah yahanu yang diwujudkan dalam aktualisasi diri, membangun peran dan mengukir prestasi. Yahanu bermula dari merasa, lalu diwujudkan dalam berbagai kerja dan karya yang bermanfaat. Itulah yahanu yang mumtaaz. Dalam praktik ada yahanu mardud perasaan, feeling, insting bisa ada juga yahanu mumtaz yahanu yang berasal dari feeling pada aktualisasi diri, prestasi, dsb. Yahanu mumtaz ini pijakannya bisa ditemukan dari para pimpinan, dari Kiai Syukri, Kiai Hasan dan kiai lainnya yang bahasanya dibumikan pesannya kepada para santri. Yahanu menjadi penting sebagai modal dalam konteks yahanu mumtaz. Yahanu bisa membuat alumni Gontor berganti identitas dalam aktualisasi diri. Mahfudzot jarrib wa laahidz ini menjadi konsep awal yahanu mumtaz. Innaa fii maziyyatika aibak pesan dari Kiai Hasan Abdullah Sahal. Yahanu mardud harus ditekan sebagai kontemplasi untuk meningkatkan yahanu mumtaz sampai pada level nasional, bahkan internasional. Sementara itu, motivator Dr DH Ismail Al-Faruqi mengatakan, yahanu adalah bentuk afirmasi diri seseorang. Keyakinan bahwa dia mampu melakukan apa yang dilakukan dengan sebaik-baiknya. Gontor mendidik para santri, menginstall dengan nilai-nilai keberanian dan keyakinan melalui berbagai kegiatan, kompetisi, dan pendidikan berasrama ala Pondok. Hal itulah yang membuat alumni Gontor banyak meraih kesuksesan. Namun demikian, Prof M Din Syamsuddin PhD, anggota Badan Wakaf Pondok Modern Gontor mengingatkan, bahwa ada “yahanu” pada saat santri, dan ada pula “yahanu” pada saat menjadi alumni. Pada saat santri, “yahanu” ini penting sekali untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian melakukan sesuatu. Namun lebih banyak bersifat artifisial. Ketika selesai dari Gontor, menjadi alumni dan sudah terjun ke masyarakat, ada satu titik di mana tidak hanya berhenti pada “yahanu” saja, tetapi harus mengembangkan diri secara profesional sesuai bidangnya masing-masing. Dalam bahasa beliau, Yahanu is a process of becoming, not state of being. Adalah proses yang terus berkembang, bukan berhenti. Anak Gontor dididik dalam lingkungan yang terus berkembang, bukan menjadi insan yang berhenti, itulah the power of Yahanu. Karena itulah, bagi penulis sendiri, yahanu itu adalah proses awal. Ada keberanian dan keyakinan diri yang besar untuk memulai sesuatu. Namun demikian, tidak cukup hanya sampai di situ. Harus diikuti dengan upaya meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri kalau ingin bersaing pada tingkat profesional. Kalau tidak, alumni Gontor hanya akan berkutat pada “yahanu” memiliki kepercayaan diri yang kuat, namun tidak akan bisa berbuat banyak karena kurangnya kompetensi untuk berkiprah di masyarakat. Semoga50 Kata-Kata Hikmah Untuk Amalan Bersama ini memberikan manfaat untuk semua. Peringatan untuk diri sendiri juga supaya tidak lalai dan alpa dengan urusan dunia. Anda juga boleh kongsikan entri 50 Kata-Kata Hikmah Untuk Amalan Bersama kepada keluarga dan kenalan terdekat.

Dalamwaktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air humor- humor santri yang baik adalah yang tidak menyinggung aqidah, tidak mempermainkan ayat al- qur'an atau ibadah, dan harus terhindar dari kata- kata jorok dan kata- kata kasar yang dapat menyinggung tata akhlaqul karimah dan harus mengandung nilai pendidikan, bukan asal melucu

. 285 244 234 71 245 495 346 434

kata kata hikmah kyai gontor